Carmudi mendapat kesempatan melakukan test drive mobil listrik MG ZS EV dari Jakarta ke Surabaya, Senin hingga Rabu (12—14/9/2022).

Melalui test drive yang digelar MG Motor Indonesia ini, pabrikan berharap bisa menjadi ajang pembuktian mobil listrik keluarannya terutama untuk perjalanan jauh.

Maklum, di ajang GIIAS 2022 digelar di ICE, BSD, Tangerang Agustus lalu MG hanya memperkenalkan ZS EV versi facelift tanpa informasi peluncuran.

Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya

Test Drive MG ZS

Lantas, bagaimana rasa berkendara mobil listrik MG ZS EV buatan Thailand ini?

Apakah baterainya cepat habis ketika digeber melintasi tol Trans Jawa?

Spesifikasi MG ZS EV

Sebelum membahas mengenai performanya, kami akan mengupas mengenai spesifikasinya terlebih dahulu.

Di atas kertas, MG menanamkan ZS EV dengan baterai berkapasitas 50,3 kWh.

Pabrikan mengeklaim jika mobil ini bisa mengeluarkan tenaga 177 hp dengan torsi maksimum 280 Nm.

Dengan spesifikasi tersebut, MG ZS EV memiliki jarak tempuh hingga 403 km berdasarkan pengujian New European Driving Cycle (NEDC).

Sementara ketika diuji menggunakan metode Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure (WLTP) jarak tempuhnya ada di kisaran 280 km untuk sekali pengisian.

Kami pun penasaran, apakah klaim yang dirilis oleh pabrikan sesuai dengan kenyataannya?

Jakarta Menuju Semarang

Pada hari pertama, perjalanan kami mulai dari Ombe Koffie di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan dengan titik akhir di Hotel Aston Inn, Semarang, Jawa Tengah.

Pada saat memulai perjalanan, kapasitas baterai mobil listrik MG ZS EV berada di 98% yang punya jarak tempuh 320 km seperti yang tertera pada layar MID.

Rute yang kami ambil yakni masuk Tol JORR dari Pintu Lebak Bulus menuju Tol Layang MBZ dan berhenti di rest area KM207 Cipali untuk beristirahat.

Kala itu kondisi jalan tol cukup padat dari Lebak Bulus hingga MBZ.

Baca juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn

Untuk mengeksplorasi kemampuan mobil rasanya hampir tak mungkin selain bersabar menikmati kemacetan.

Singkat cerita, kami tiba di rest area KM207 dengan posisi baterai di 16%.

Pada layar MID dijelaskan jika kapasitas baterai 16% tersebut masih bisa digunakan untuk 43 km ke depan sebelum mobil benar-benar mati.

Namun, kami memilih untuk mengisi baterainya terlebih dahulu agar perjalanan lebih aman.

Sayang, di rest area KM207 hanya tersedia pengisian mode slow charging yang membutuhkan waktu sekitar 104 menit.

Di sini kami tidak mengisi baterai hingga penuh lantaran berasumsi ingin mengecas lagi di Semarang.

Biaya yang harus kami keluarkan untuk mengisi sekitar Rp30.092 sudah termasuk pajak dan administrasi.

Dari Jakarta menuju KM207 kami menghabiskan 82% baterai atau 41,2 kWh dengan rata-rata konsumsi listrik 5,48 kWh/km.

Usai baterai diisi, kami melanjutkan perjalanan menuju Semarang.

Dari KM207 menuju Aston Inn Semarang jarak tempuhnya lebih kurang 114,4 km, jauh lebih pendek dibandingkan perjalanan dari Jakarta ke KM207.

Semarang Menuju Surabaya

Pada Selasa (13/9/2022) kami melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.

Jarak yang terpantau pada Google Maps dari Aston Inn Semarang menuju Santika Premiere Gubeng sekitar 380 km.

Rute yang dilewati masih sama, yakni Tol Trans Jawa.

Pada hari kedua ini Carmudi mendapatkan kesempatan untuk mencicipi MG ZS EV dan tentu tak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Maklum saja, pada test drive kali ini MG menyediakan 4 mobil yang terdiri dari 2 unit HS i-Smart, 1 unit 5 GT, dan 1 unit ZS EV.

Sejak keluar hotel saya memilih untuk menggunakan mode ECO sepenuhnya untuk mengetahui seberapa irit konsumsi listriknya untuk perjalanan jauh.

Kontur jalan yang kami lewati menuju tol maupun di dalam tol lebih banyak disuguhi trek menanjak.

Saya sempat berpikir, apakah mobil listrik akan terasa ‘lemot’ ketika berhadapan dengan tanjakan?

Ternyata hal tersebut tidak kami rasakan sama sekali.

Mobil masih bisa melaju dengan mulus walaupun lonjakan tenaga dan torsinya sedikit teredam lewat pengaturan ECO.

Sekadar informasi, MG ZS EV dibekali dengan 3 mode yakni ECO, Normal, dan Sport. Ketiganya memiliki karakter berkendara yang berbeda.

Ketika menggunakan mode ECO, tenaga yang dikeluarkan hanya sekitar 30% dari seluruh kemampuan. Sementara Normal mampu mengeluarkan kemampuan hingga 50%.

Lalu ketika masuk ke mode Sport, mobil akan mengerahkan seluruh kemampuannya sehingga performanya benar-benar mampu membuat penumpang yang duduk terjambak ke belakang.

Hal tersebut dapat dilihat dari instrument cluster di sisi kanan yang menampilkan berapa persen tenaga yang dikeluarkan oleh baterai dengan skema angka 0 hingga 100.

Semakin besar angka yang ditampilkan, maka semakin besar juga kemampuan mobil.

Sepanjang menggunakan mode ECO, kami hanya memanfaatkan tenaga maksimal sebesar 27 saja.

Ngecas di Rest Area KM519

Sejak keluar hotel hingga masuk rest area KM519 kami menempuh jarak 114,4 km.

O iya, dari hotel kapasitas baterai ada di posisi 98% dan ketika masuk ke rest area KM519 baterai tersisa 55%.

Sembari makan siang, kami mengecas baterai menggunakan fasilitas fast charging yang ada di rest area tersebut.

Alhasil, kami dapat memulihkan baterai hingga 100% dengan biaya Rp67.164 untuk mengisi 24,57 kWh selama 53 menit.

Usai baterai penuh, kami pun melanjutkan perjalanan hingga titik akhir di Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya.

Di sinilah kami menguji kemampuan jarak tempuh MG ZS EV yang sesungguhnya.

Mode ECO Hingga Surabaya

Melihat posisi baterai yang penuh, saya merasa percaya diri bisa sampai ke Surabaya tanpa harus melakukan pengisian.

Syaratnya hanya satu: berkendara seirit mungkin agar baterai tak cepat habis.

Jarak dari rest area KM519 hingga Santika Premiere Gubeng tercatat 236 km pada aplikasi Google Maps.

Sementara kondisi baterai yang full 100% memiliki jarak tempuh di MID sekitar 280 km.

Menurut prediksi kami, masih ada selisih sekitar 50 km jika memang baterai ini punya kemampuan yang sama seperti speknya.

Lantas, bagaimana hasilnya?

Ternyata mobil masih bisa sampai Surabaya dengan aman. Bahkan kondisi baterainya masih menyisakan 17% dengan range perjalanan sekitar 55 km.

Sepanjang perjalanan dari KM519 hingga hotel saya memacu kendaraan dengan kecepatan maksimal 100 km/jam saja di mode ECO. Kemampuan baterainya pun tak lebih dari 22 persen.

Ketika pedal gas tak sengaja terinjak lebih dalam, saya otomatis mengangkat pedal gas untuk mempertahankan tenaga agar tak lebih dari 22 persen.

Walaupun terasa sangat membosankan, tapi ini jadi salah satu siasat yang bisa dilakukan agar mobil listrik tak sering melakukan pengisian.

Salah satu alasan mengapa saya tak ingin melakukan pengisian yakni waktu pengisian yang cukup lama.

Untuk itu saya mencoba mengendarai ZS EV dengan kesabaran yang tinggi.

Konsekuensi Mode
Dalam 3 mode yang tersedia, masing-masing memiliki konsekuensinya masing-masing.

Pada mode ECO, baterai akan lebih irit berkat pembatasan tenaga yang terasa linear.

AC pun juga tidak terlalu terasa lantaran mobil menjaga suplai listrik agar bisa lebih irit.

Sementara pada mode normal, AC akan terasa sedikit lebih dingin dan tenaganya juga bisa lebih instan dikeluarkan.

Ketika masuk mode Sport, AC akan terasa benar-benar dingin dan tenaga yang dihasilkan mobil juga sangat instan dan liar seperti karakter mobil listrik yang sesungguhnya.

Agar baterai tak cepat habis, MG memberikan fitur regenerative braking yang disebut kinetic energy recovery system (KERS).

Fitur tersebut terdiri dari tiga tingkatan yang bisa dipilih lewat tombol yang terletak tepat di atas putaran persneling.

Menurut Raditio Utomo, Aftersales Director MG Motor Indonesia, semakin tinggi tingkatan KERS maka akan semakin tinggi juga angka regenerative yang dihasilkan.

“Pada tingkatan 1 pengereman tidak akan terlalu terasa. Sementara 2 lebih smooth terasanya. Ketika pakai 3, ini akan langsung terasa,” ujarnya di sela test drive MG ZS EV.

Fitur KERS tersebut memungkinkan untuk menjaga arus listrik guna mengisi baterai agar tak cepat habis.

Fitur ini menurut kami cukup berperan penting, terutama ketika digunakan dalam perjalanan jauh seperti yang kami lakukan.

Ketika sedang cruising pada kecepatan 100 km/jam dan pedal gas diangkat sepenuhnya, maka tampilan instrument cluster akan menunjukkan angka minus.

Angka minus tersebut menunjukkan jika baterai sedang diisi lewat energi dari pengereman.

Semakin tinggi angka minusnya, semakin tinggi juga energi yang dikonversi menjadi listrik ke dalam baterai.

Namun, kekurangannya adalah semakin tinggi KERS yang digunakan maka pengereman akan terasa kurang nyaman.

Tanpa terasa perjalanan hingga Surabaya sudah memakan waktu hingga 2 jam.

Kami pun bergegas menuju hotel untuk melakukan pengisian dan beristirahat dari test drive MG ZS EV yang sudah kami lakukan dari Jakarta.

Secara total, biaya yang dikeluarkan untuk mengisi baterai MG ZS EV mencapai Rp329.888.

Daya konsumsi rata-ratanya ada di 6,4 kWh per kilometer untuk pemakaian Jakarta-Surabaya dengan jarak 782 km.

Kesimpulan Test Drive MG ZS EV Jakarta-Surabaya
Menurut kami mobil listrik MG ZS EV ini menjadi salah satu mobil yang bisa jadi pilihan.

Dimensi yang tidak terlalu besar, kapasitas baterai yang cukup, dan kenyamanan kabin yang baik bisa menjadi bahan pertimbangan.

Untuk mengatur posisi duduk di mobil ini bisa dibilang tidak sulit.

Pengemudi bisa menyetel jok lewat pengatur ketinggian dan maju mundur secara manual.

Jok yang diberikan juga menggunakan model semi bucket, sehingga bisa menopang badan dengan baik.

Selama perjalanan kami merasa tidak terlalu lelah mengendarai mobil listrik ini walaupun kecepatannya konstan.

Sementara itu karakter suspensi pada mobil ini juga terbilang cukup.

Ketika digunakan di kecepatan rendah memang harus diakui jika suspensi bagian belakang akan terasa kaku dan keras ketika menghantam lubang.

Namun, saat digunakan pada kecepatan tinggi suspensinya terasa tidak terlalu terasa keras baik di bagian depan maupun belakang.

Handling dari mobil listrik be